Alhamdulillah, akhirnya pecah juga tuh bisul ya? Hehehe… iya kita anggap aja Ujian Nasional (UN) sebagai ‘penyakit bisul’. Sebab, rasa-rasanya persiapan sebelum UN udah bikin otak kita nggak bisa kerja nyantai, pikiran dibuat pusing, perasaan nggak tenang, emosi nggak stabil. Kadang semangat, kadang melempem. Ditambah lagi suasana tegang pas hari H Ujian Nasional SMA yang baru aja lewat pekan kemarin. Wuih, selama ujian tiga hari itu kamu pasti berkecamuk dengan banyak pikiran dan perasaan. Maka, setelah UN berlalu, rasanya lega dan plong. Kayak pecah bisul tuh (baksound: bagi yang udah pernah ngerasain bisul, apalagi tuh bisul di pantat. Wah!)
Guyz, kita semua berdoa semoga saja apa yang kamu harapkan dan inginkan terkabul ya. Tentu saja keinginan yang baik-baik: kamu semua lulus UN. Insya Allah. Namun, perlu diingat juga lho bahwa lulus UN tuh bukan akhir dari segalanya. Sehingga kamu nggak bisa bebas gitu aja. Masih ada babak baru kehidupan yang bakal kamu jalani. Bisa nerusin kuliah, dan itu berarti kudu ikut seleksi lagi. Bisa pula terjun ke dunia kerja atau wirausaha. Begitu juga buat kamu yang kebetulan belum berhasil lulus, tetap sabar dan ambil hikmahnya aja. Selama langit belum runtuh dan bumi belum terbelah, kamu masih punya kesempatan untuk maju, agar hidup kamu tetap memiliki harga dan bermakna. Setuju kan?
Sobat muda muslim, tulisan gaulislam kali ini sekadar ingin mengajak kamu evaluasi diri sekaligus menggali potensi yang kamu miliki agar terus termotivasi untuk maju dan bangkit dengan kemampuan yang kamu miliki. Mudah-mudah ini membantu kamu untuk bisa mengubah cara pandang kamu tentang masa depan dan juga tentang pendidikan dan agar tradisi belajar menjadi lebih progresif.
Maklumlah, banyak cara pandang di tengah masyarakat yang mengukur kesuksesan seseorang semata dari tingkat pendidikannya, dari nilai akademiknya, dari status sosialnya. Padahal, nggak selalu dan nggak otomatis kalo ada yang nilai akademiknya pasti sukses hidupnya. Belum tentu. Wong, bertebaran alias pabalatak sarjana yang baru lulus tapi nggak punya pekerjaan, sementara di antara mereka banyak yang nilai akademiknya bagus dan dari kalangan berada. Jadi, tingkat pendidikan dan nilai akademik serta status sosial bukan jaminan mutlak hidup bisa sukses.
Oya, saya nulis gini bukan nakut-nakutin atau mengabaikan tingkat pendidikan dan nilai akademik. Nggak juga. Hanya saja ini bicara dalam konteks kesuksesan. Tentu aja, yang ideal tuh menurut ukuran logika kita adalah pendidikan tinggi, nilai akademiknya bagus, status sosialnya di level atas dan hidupnya sukses. Dunia dan akhirat pula. Wah, itu keren banget. Tapi sekali lagi, nggak selalu begitu kenyataannya.
Geber terus motivasi dan kreativitasmu
Sobat, setelah Ujian Nasional tingkat SMA kamu ikutin, tentu saja kamu semua berharap untuk lulus. Itu wajar dan sah-sah saja. Manusiawi kok. Pengen dapet nilai bagus juga wajar karena dengan begitu kita jadi bisa ngukur kemampuan diri dari angka-angka yang didapat itu. Namun, nilai ujian yang bagus dan kelulusan kamu nggak bisa ngejamin juga untuk kemudian bisa menikmati pendidikan di perguruan tinggi, yang—selain harus ikut seleksi masuk lagi, juga bakal tambah biaya untuk nerusin pendidikan di tempat tersebut.
Maka, kini saatnya kamu dan kita semua berpikir lebih realistis dan pandai mencari peluang untuk bisa tetap esksis meskipun kenyataan pahit—tidak lulus UN atau nggak bisa nerusin studi, plus nggak dapet kerjaan dengan background pendidikan yang kamu miliki—tidak menjadikan kamu putus asa dan bahkan buntu berpikir. Padahal, dunia tak selebar daun telinga, Bro. So, di sinilah perlunya motivasi dan kreativitas yang kuat untuk tetap bisa bertahan hidup dan menghasilkan karya dan prestasi demi kemaslahatan diri dan orang lain. Bisa kok. Insya Allah.
Bro, kadang dalam hidup ini tak selamanya kita bisa memilih. Kalo bisa milih sih, pasti yang baik-baik inginnya semua diraih. Tapi, sayangnya hidup nggak selalu begitu. Kadang, atau bahkan seringkali kenyataan pahit yang kita terima. So, sepahit apapun, kenyataan itu harus kita telan sambil berusaha untuk bangkit agar tak dijajah oleh kenyataan pahit tersebut. Di sinilah perlunya motivasi dan kreativitas kita untuk bisa terus bertahan sambil berusaha mengubah kenyataan hidup menjadi lebih baik.
Banyak kok, mereka yang tetap bisa berjalan dengan kepala tegak meski tingkat pendidikannya paling tinggi mentok di sekolah lanjutan tingkat atas atau malah cuma finish di tingkat SD dan SMP. Tapi soal kemampuan di bidang tertentu yang dimiliki, mereka bisa bersaing kok dengan orang yang ngenyam pendidikan tinggi. Nah, jadi yang penting adalah semangat belajar dan kreatif. Dan, yang namanya belajar dan berkreativitas tak harus mengenyam pendidikan tinggi dan “makan” bangku sekolahan. Tidak selalu. Betul itu.
Buktinya? Sekadar contoh aja ya. Saya pernah bekerjasama dalam sebuah tim untuk mengelola media massa, dan salah seorang di antara kami yang mengerti tentang komputer dan teknologi informasi kalo nggak salah pendidikan SMP-nya aja nggak kelar, gitu. Boleh percaya boleh tidak, tapi itu kenyataannya.
Sebabnya apa dia bisa memiliki kemampuan itu? Karena ia banyak belajar dari siapa pun secara informal dan motivasinya untuk belajar sangat tinggi ditambah kreatif sehingga ilmu yang didapat itu langsung dipraktikkan. Bahkan lucunya, dia mahir bahasa Inggris tanpa belajar di sekolah dan tempat kursus khusus, doi hanya sekadar nonton film berbahasa Inggris dan mencoba mencocokkan teks terjemahan yang ada dengan gerak mulut pemain film tersebut dalam berbicara. Unik juga ya? Itulah belajar yang mudah dan murah.
Oya, kalo boleh sedikit berbagi sih, saya juga termasuk yang “anomali” menurut sebagian orang. Katanya sih begitu. Setidaknya kalo saya ngisi acara jurnalistik atau kepenulisan, padahal menurut mereka latar belakang pendidikan saya nggak match dengan kemampuan menulis saya yang lebih banyak menyoroti dunia remaja dari sudut pandang Islam. Yup, memang waktu pertama menulis beberapa buku itu, pendidikan yang saya cantumin di biodata adalah alumnus sekolah kejuruan kimia. So, nggak nyambung banget kata mereka. Tapi, saya sih merasa biasa-biasa aja (ciee.. kagak maksud nyombong, Bro!).
Adapun kemampuan menulis dan mengkaji Islam yang saya miliki karena saya belajar sendiri secara informal, dari siapa pun dan dari buku siapa pun. Inspirasi yang saya dapatkan langsung saya praktikkan. Motivasi saya untuk bisa menulis cukup kuat dan saya berusaha untuk kian kreatif dengan setiap ilmu atau keterampilan baru yang saya dapatkan.
So, kamu semua bisa melakukan hal sama atau bahkan lebih baik lagi dari saya dan teman saya itu. Kuncinya di motivasi dan kreativitas. Oya jangan lupa, kita harus ikhlas dalam belajar dan semata mengharap ridho Allah. Tiada kesuksesan tanpa izin dari Allah Swt. Oke?
Tentukan tujuan hidup, Bro
Menentukan tujuan hidup untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebenarnya bisa sejak kecil ketika kita sudah mulai ngerti. Prinsip dan pemahaman itu ditanamkan kuat dalam benak kita. Namun, insya Allah belum terlambat jauh kalo sekarang kamu mulai berpikir ke arah sana. Sebab, kamu pasti butuh pijakan dan arah jalan hidup. Setelah lulus sekolah tingkat lanjutan atas umumnya cuma dua pilihan. Nerusin studi sampe ke jenjang pendidikan tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja. Meski banyak pula yang akhirnya cuma nongkrong nggak punya aktivitas yang bermanfaat banyak untuk diri dan orang lain.
Boys and gals, semangat belajar harus tetap ada di jiwamu, sebab dalam hidup ini memang senantiasa belajar. Pilih bidang keahlian yang kamu sukai dan minati dengan sangat kuat. Mulailah memoles diri dengan banyak belajar agar kemampuanmu makin mahir. Sambil tentunya mempraktikannya dengan benar dan baik. Kalo kamu ingin terjun ke dunia usaha dengan berjualan kecil-kecilan, silakan nikmati dan terus berusaha untuk mengembangkannya. Jika kamu berminat terhadap dunia tulis-menulis, belajarlah dengan tekun karena kemahiran—apalagi kesuksesan tidak ditempuh dengan instan.
Oya, jangan lupakan juga kehidupan masa depanmu yang abadi, yakni di akhirat. Maka, cari deh peluang usaha dan keterampilan yang halal dan bisa mendatangkan berkah. Kalo bisnis ya jangan curang, jangan menipu. Jika menulis, menulis untuk syiar kebenaran Islam. Kalo punya minat mempelajari komputer dan internet, hasilnya dipraktikkan untuk mendakwahkan keagungan Islam. Hmm… insya Allah itu akan mendatangkan pahala dan manfaatnya bisa dirasakan banyak orang. Sip kan?
Lagi pula, hidup di dunia ini cuma sementara dan cuma diberi kesempatan sekali. Manusia nggak ada yang abadi hidup di dunia dan nggak ada yang udah mati balik lagi. Maka, mumpung masih diberi waktu untuk hidup, kita selalu bergerak untuk belajar tentang kebenaran dan kebaikan dalam menempuh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kamu pasti bisa deh. Dunia dan seisinya bukanlah tujuan akhir. Ya, sebatas tempat istirahat saja. Tapi tentu harus nyaman dan bisa membuat kita bahagia. Sementara akhirat adalah tujuan abadi dan harus nyaman dan bahagia juga di sana. Amalan kita saat ini yang menentukannya.
So, cobalah beberapa tips berikut. Pertama, luruskan niat dalam beramal, yakni ikhlas karena Allah Swt. memang mewajibkan kita beramal dengan benar dan baik. Kedua, pelihara terus semangat belajar meski udah lulus sekolah dan nggak mengenyam lagi pendidikan formal. Belajar tiada henti deh untuk mengetahui bidang keahlian apa pun. Siapa tahu bisa digunakan kelak dan membantu kehidupan kita. Ketiga, kuatkan motivasi dan asah terus kreativitas agar kemampuan kita makin hebat. Keempat, belajarlah dengan keras dan sabar. Kelima, teruslah berinovasi untuk mencoba hal-hal baru. Siapa tahu berguna pada esok hari.
Ayo, tetap semangat belajar meski ujian nasional udah berlalu. Dan, jangan bengong aja kalo pun kemudian kamu nggak nerusin kuliah atau bagi kamu yang dari sekolah kejuruan belum juga dapetin pekerjaan yang cocok dengan bidang keahlian yang kamu pelajari di sekolah. Jangan putus asa. Insya Allah masih banyak peluang usaha untuk bisa sukses. Siapa tahu ‘pintu’ rejeki kamu memang ada di bidang keahlian lain yang bertolak-belakang dengan keahlian yang kamu pelajari di sekolah atau kuliah. Jadi, teruslah belajar tak pernah henti. Semangat!
Sabtu, 25 April 2009
Perjalanan Masih Panjang
Label:
Pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar